.breadcrumbs{ padding:5px 5px 5px 0; margin:0;font-size:95%; line-height:1.4em; border-bottom:4px double #cadaef}

Kamis, 30 Juli 2015

Dimulai dari NOL lagii,,,

Gema takbir seakan baru melintas berkumandang dari pendengaran kita, tapi tak terasa sudah hampir 2 pekan berlalu. Moment Idul Fitri begitu banyak dinantikan untuk setiap umat khususnya yang beragama muslim, untuk berkumpul dengan keluarga dan handai tauland. Tak pelak ketika mendekati lebaran begitu banyak persiapan dari segi mental dan materiil. Mungkin sudah mendarah daging ketika saya masih kecil jika dihari lebaran itu harus pakai pakaian baru, makanan yang rumpah meriah, bingkisan untuk silaturahmi, tak sedikit pula sebagai ajang pamer atau unjuk gigi sebatas mana kesuksesan dari sebuah keluarga/individu itu sendiri. Itu sebeneranya yang ada di benak saya ketika masih kecil sampai sekarang saya punya anak 1, karna saya mungkin juga ikut larut dalam euforia tersebut.

Ketika saya masih kecil tidak pernah membayangkan akan merasakan betapa stressnya seorang ibu jika mendekati hari raya. Jika dulu saya tinggal meminta/menunggu baju baru yang dibelikan oleh ibu saya, sekarang saya yang harus membelikan untuk kedua ortu, mertua & keluarga inti saya walaupun tidak harus dihari lebaran saja. Kebutuhan lainnya juga mengikuti dari semua kebutuhan pokoknya pasti akan menggerus semua dana yang ada, apalagi kalau tidak direncanakan dengan matang alih-alih berlebaran malah utang dimana-mana,,,(hehe astagfirulloh,,).

Tapi dari semua banyaknya kebutuhan, semua keruwetan menjelang lebaran seakan terbayar oleh suasana lebaran itu sendiri, mulai dari tradisi mudik yang banyak dilakukan orang-orang, senyum tawa disaat bersama keluarga, bertemu dengan teman sejawat yang sudah lama tidak berjumpa, terobatinya semua rasa kangen tentang kota kelahiran. Rasa stress dan keruwetan itu seakan sirna dengan sendirinya, semua terbayar dengan senyum canda perayaan idul fitri. Hingga libur lebaran usai rasannya enggan meninggalkan itu semua. Beginilah hidup selalu ada dua sisi yang bertentangan, dimana ada saatnya kita tertawa ada saatnya pula menangis, ada saatnya bertemu ada jg saat berpisah, dll.

Satu minggu berlalu melepas rutinitas dengan berlebaran dikampung halaman tiba waktunya untuk kembali berduyun-duyun ke kota perantauan, harapan dan asa begitu besar ketika harus meninggalkan tanah kelahiran dan menapaki kota perantauan seakan semuanya harus dimulai dari Nol kembali. Nol untuk semuanya baik itu dana maupun hati kita. Hati yang selama setahun menyimpan rasa iri, dengki, congkak bahkan menjauh sama Alloh harus lebih refresh lagi, harus bisa lebih membenahi diri, dan dapat membina hubungan yang baik dengan Sang Khalik  dan sesama.

Dimulai dari Nol untuk badan kita untuk siap bertarung kembali untuk satu tahun kedepan, dimulai dari Nol lagi untuk raga dalam menjalin hubungan kepada Sang Pencipta kita, dimulai dari Nol lagi untuk tabungan/dana kita agar kita bisa menyambut idul fitri berikutnya dengan lebih suka cita, tentu saja jika Alloh mengizinkan,,

Bagaimana permulaan anda setelah lebaran tahun ini r u readyyyy??....


Minggu, 12 Juli 2015

Ibu Bekerja dibulan Ramadhan bisa sholat taraweh gak ya?

Tak terasa yah sudah 26 hari kita menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini. Mungkin sebagian dari kita yang ibu bekerja, pulang ngurus RT, anak & suami rasanya sholat taraweh jadi hal yang sangat berat, begitu juga saya. Awalnya sebelum memasuki bulan puasa saya sedih ketika habis melahirkan tidak bisa melakukan sholat taraweh karna begitu kecapeannya saya, seakan menyepelekan. Astagfirulloh sebenarnya saya tidak ada pemikiran ke arah sana, karna saya pikir sholat taraweh itu harus dilakukan berjamaah & dilaksanakan dimasjid/ mushola.

Akhirnya dengan bantuan mbah google saya menemukan artikel bagaimana hukum/ tata cara ibu menyusui menjalankan sholat taraweh, yang saya ingat dalam tulisan tersebut bahwasanya wanita memang lebih baik menjalankan sholat taraweh didalam rumah tentu dengan kaidah & syariat islam yang sesuai, jumlah rokaatnya juga tidak harus 23 rokaaat, tapi bisa dg 11 rokaat (8 sholat taraweh & diikuti 3 sholat witir) maaf jika saya salah terbatasnya pengetahuan. Saya pernah melihat di tayangan ustdzah Oki Setiana Dewi bagaimana beliau melakukan ibadah sholat taraweh dengan menggendong putri kecilnya. Terbayang kan bagaimana repotnya, itu dilakukannya semata-mata karna kecintaanya kepada Sang Pencipta untuk terus melakukan apa yang dianjurkan dalam ajaran agama islam.

Mengutip dari perbincangan beliau disalah satu tv, kita boleh sholat dengan menggendong anak kita dengan catatan tidak ada najis dalam popok/si anak. pernyataan Itu membuat saya semangat untuk berlomba-lomba menggapai keberkahan dibulan ramadhan ini, walaupun ketika sahur saya harus menyiapkan makanan sendiri untuk saya & suami, lalu pergi bekerja, pulang mengurus anak & suami tapi rasanya tak terlalu keteteran dengan niat yang tinggi.

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah rasanya sia-sia ketika harus sebulan berlalu begitu saja. Alunan ayat-ayat Alquran, perbanyak ibadah & tentu saja berusaha menjauhi segala laranganNya sangat dianjurkan dan dilipat gandakan pahala ibadahnya. Semoga kita selalu bisa menjalankan perintahNya apapun kondisi kita. Semoga amal ibadah kita di terima oleh Alloh swt & diberi kesempatan lagi untuk bisa bertemu Ramadhan kembali,,,Selamat libur, Selamat Mudik &

"Minal Aidzin Walfaidzin Mohon Maaf Lahir Bathin"