.breadcrumbs{ padding:5px 5px 5px 0; margin:0;font-size:95%; line-height:1.4em; border-bottom:4px double #cadaef}

Kamis, 14 April 2016

Menikmati Fasilitas Rujukan BPJS Kesehatan

Akhirnya saya menemukan ide lagi untuk sekedar menulis dan berbagi pengalaman, karna kebetulan kemarin baru saja periksa kehamilan dengan menggunakan BPJS Kesehatan. Dengan alasan berhemat, kali ini saya menggunakan BPJS yang dari kantor suami saya, dan memang saya sangat terbantu sekali ketika angka biaya pemeriksaan kehamilan melebihi jauh dari budget pemeriksaan bulanan kehamilan saya, BPJS Kesehatan menanggungnya kemarin, semuanya saya free tanpa bayar sepeserpun.

Awalnya saya hanya ingin periksa rutin biasa, karena memang alkhamdulilah kehamilan saya normal dan debay sehat (amin).  Namun berhubung klinik faskes I yang kami pilih tidak memiliki fasilitas rumah bersalin akhirnya saya dirujuk ke RSU Mampang Prapatan Kelas D  biasa kita menyebutnya RSUD Mampang.

RSUD Mampang memang belum lama beroperasi hampir setahun kira-kira, gedung 5 lantai ini letaknya di jl. Kapten Tendean satu deret dengan gedung Trans TV, kalau menggunakan kendaraan yah berarti harus mutar lewat jalur lambat dari perempatan mampang, kalau ditempuh menggunakan angkutan umum/jalan kaki tidak jauh dari perempatan mampang kok. Posisinya persis dibelakang yang jual lukisan-lukisan yang ada diperempatan mampang.

Kita kembali ke topik awal yah, setelah mendapat surat rujukan dari klinik pondok karya (faskes 1 kami) saya diantar suami dan Ginta meluncur menuju TKP sekitar jam 08.00 pagi, saya pikir waktunya udah pas lah jadi saya bisa ijin datang siang ke kantor. Sesampainya di RS saya langsung bertanya ke satpam dimana loket/ tempat pendaftarannya, ternyata ada dilantai 1 sebrang parkiran motor, dari situ kita disuruh ambil no antrian terlebih dahulu, ada 2 pilihan no antrian 1. untuk umum 2. BPJS. Tanpa ragu saya langsung mendapat no antrian BPJS no 17 (dalam hati lumayan jauh ya no nya).

Setelah mengambil no antrian langsung diarahkan ke lantai 2 untuk pendaftaran, ternyata saya tidak menunggu lama karna pas saya datang langsung dipanggil "No 17 BPJS " cuk..cukukucuk...,saya langsung menghampiri mas petugasnya & langsung saya kasih fc surat rujukan, fc bpjs, dan fc ktp saya. Eng ing eng,,,ternyata surat rujukan saya agak diragukan karna dari klinik saya menuliskan dengan ketikan dan no rujukan  ditulis tangan, yang diminta adalah surat rujukan online BPJS.

Kebetulan surat rujukan untuk ke RSU mampang kemarin yang minta suami saya, suami tidak menanyakan apakah system bpjs diklinik tsb error atau tidak suami langsung menerimanya saja. Menunggu agak lama saya didepan tempat pendaftaran, katanya mau dicek dulu ke bpjs. Setelah hampir 15 menit saya ditemui oleh mba cantik (Gak tahu nama & posisinya) menjelaskan kepada saya, bahwa surat rujukan sudah dicek ke bpjs dan benar ada. Hanya saja lain kali jangan mau kalau dikasih yang bukan online karna kalau bukan online mereka tidak bisa klaim,tapi kali ini kami bantu bu. tuturnya. Saya terus mengamati penjelasan si mbak nya kata demi kata yang mbak nya bilang.

Saya juga sempat ditanya memangnya ada indikasi apa kehamilannya bu?saya menjelaskan kehamilan saya normal bu, hanya saja faskes 1 tidak ada fasilitas rumah bersalinnya jadi mereka merujuk saya kesini. Menurut mbaknya memang kalau yang normal dan tidak ada indikasi apa-apa RS tidak akan menerima ini juga berkaitan dengan tidak bisanya mereka klaim. Penjelasan ini sama seperti ketika saya mendapatkan surat rujukan yang pertama di RS Setia Mitra Fatmawati.

Sebelum saya minta surat rujukan, sempat saya bilang ke suami agar minta dirujuk ke faskes 1 yang setara dengan klinik faskes 1 saja, tapi pihak klinik sepertinya belum memahami alur bpjs yang sebenarnya. Kebetulan untuk surat rujukan dari klinik saya sudah 3x meminta, dengan alasan waktu baru di RS Setia Mitra Fatmawati  & RSU mampang yang benar saya jalankan.

Kalau di RS Setia Mitra saya ditolak dan dikasih penjelasan yang sama dengan RSUD Mampang. Untung saya hanya mo periksa saja bagaimana kalau saya lagi sekarat ya..(amit-amit).

Ketika Mbaknya sudah kasih penjelasan saya langsung diproses, dikasih kartu dan diminta isi data. Saya pun langsung diarahkan menuju lantai 2 tempat Poli kandungan tujuan saya, tepatnya berhadapan dengan poli anak. Di poli kandungan saya ditemui 2 mahasiswa perawat yang lagi magang sepertinya, ini terlihat dari seragam dan gayanya yang sepertinya masih belajar. Tidak banyak pasien yang saya temui dilantai ini hanya ada 2 antrian dengan saya.

                           Gambar di depan poli Kandungan

Saya pun langsung didata kembali dari BB, tekanan darah, riwayat kehamilan dll. Setelah menunggu hampir 30 menit nama saya langsung dipanggil, didalam ruangan ada satu dokter cantik (Dr. Fransisca Spog dan 1 ibu perawat mungkin & 1 mahasiswa perawat yang ada didepan tadi). Setelah dicek ulang data saya, saya pun ditanya tentang keluhan saya. Saya pun menjelaskan bahwa akhir-akhir ini saya mengalami kep*****n yang sangat mengganggu rasanya g****l sekali.

Tidak banyak bicara dokternya, hanya sesekali dokter menjawab dari pertanyaan dari rekan-rekannya yang menanyakan sesuatu kepadanya. Saya pun langsung diminta tiduran ditempat seperti tempat tidur tapi hanya setengah trus dikanan kirinya ada tempat kaki yang buat ng******g , saya juga baru pertama kali melihat tempat tidur spt tu ternyata itu gunanya untuk mengecek alat g***** wanita agar bisa terlihat jelas. Ya Alloh itu pengalaman saya memalukan sepertinya, bagaimana tidak saya diminta buka C* dan alat g****** saya itu langsung dimasukan alat sepertinya besi untuk mengetahui seberapa parah kep****** saya. 

Saya salah satu orang yang parno dengan dunia medis, dari obat dan peralatannya. Rasanya saya menyesal harus bilang saya ada masalah kep******, saya hanya bisa meringis menahan sakit, sesekali dokter nya memarahi saya karna saya mengangkat bokong saya karna menahan sakit, diikuti oleh ibu perawat juga yang dengan nada tinggi mengulang perkataan dokter. Dari situ sepertinya tabiat ibu dokter mulai kelihatan tidak telaten dan tidak sabar, sejujurnya saya pengin nangis dan gak mau lagi acara periksa-periksa begituan.

Agak lama pengecekan itu dilakukan, dokter dan perawat seakan menyalahkan saya tentang kebersihan kewanitaan. Sejujurnya saya tidak terima, itu area pribadi saya tahu betul bagaimana cara menjaganya, bukankah penyebab kep****** banyak faktor penyebabnya. Alih-alih memberikan informasi dan edukasi saya seakan jadi pasien yang bersalah. Rasanya saya menjawabpun percuma tiap saya membela diri nada tinggi dari perawat itu keluar. ya sudah saya terima saja padahal gondoknya tuh disini,,disini,,disiniiiiiiiiiiiiiii!

Masih pada mau baca kan? ...

Setelah pemeriksaan Va**** dilanjut dengan USG, sebenarnya alat USG 2D. Cuma saya tidak tahu kenapa dari awal pengecekan saya disuruh minum banyak agar ketika dilakukan USG saya harus menahan pipis , alasannya dengan menahan pipis rahim benar-benar terlihat. Penjelasan ini saya masih tanda tanya karna selama saya melakukan USG 2D,3D, & 4D baru kali ini saya diminta menahan pipis ketika akan diUSG. Rasanya rasa ingin pipisnya sudah hilang pas pemeriksaan sebelumnya.

Berbeda dengan USG yang saya lakukan dipihak swasta, dokter akan informatif dan menjelaskan letak posisi bayi, jenis kelamin, dll. USG kali ini saya hanya bisa diam mengamati monitor yang tidak terlihat jelas apa maknanya dokternya pun hanya diam dengan sesekali dia menyuruh ibu perawatnya mencatat data yang ada dimonitor. Pas akhir pemeriksaan saya beranikan diri bertanya apakah kehamilan saya normal & bagaimana posisi bayinya? Kata dokternya Bagus!.

Saya pun diminta duduk kembali didepan mejanya, pas dicek ternyata BB debay saya sudah agak ndut dengan umur kehamilan 32 w, saya pun diminta tes lab dari darah, HIV, HB dll kalau saya lihat data yang dicheklist ada 5 pemeriksaan lab. Saya pun diminta ke lantai 2 lagi terlebih dahulu untuk meminta kwitansi, dengan menyerahkan fc kartu bpjs dan dilanjutkan melakukan test urine lab di lantai 3, Nanti kalau sudah hasilnya saya diminta ketemu dokternya lagi.

Dilantai 3 ini menurut saya yang paling banyak pasien, dilantai 3 bersebrangan dengan ruang rawat inap membuat banyak orang disini. setelah menyerahkan urine dan data saya, saya kembali mengambil no antrian. Kali ini saya dapat no 22, hampir 40 menit saya menunggu untuk dipanggil. Tidak berlangsung lama saya pun kemudian dipanggil, saya dicek oleh mbak manis ramah menurut saya.

            Pengambilan sample darah ditangan kiri.

Saya yang agak parno dengan jarum diajak ngobrol, pengecekan tidak berlangsung lama mungkin kurang dari 5 menit, waktu sudah menunjukan pukul 11.15 wib, setelah diambil sample darahnya saya diminta 2 jam untuk menunggu hasilya. Rasanya saya sudah lelah sekali kalau harus menunggu 2 jam di RS dengan bau yang khas RS membuat saya jadi seperti orang sakit, akhirnya saya memutuskan untuk tidak masuk kantor karna nanti harus ketemu dengan dokternya lagi, saya memilih pulang ke rumah terlebih dahulu untuk sekedar makan dan sholat dirumah sambil menunggu 2 jam. kebetulan tempat tinggal kami memang tidak jauh dari RSU Mampang.

Pukul 13.00 wib saya pun kembali ke RS sendiri dengan motor kesayangan dan perut yang sudah membuncit, Ginta yang sudah kelelahan dan ngantuk saya serahkan ke suami untuk menjaganya terlebih dahulu. Saya langsung menuju lantai 3, disana tempatnya sudah sepi hanya beberapa orang barengan saya saja yang akan mengambil hasil lab, ternyata jam 13.12 tadi sudah dipanggil-panggil nama saya, saya yang sampai 13.30 telat beberapa menit. Setelah mengambil hasil lab saya langsung menuju lantai 2, saya pikir dokternya lagi istirahat, ternyata dokternya lagi mengajar dilantai 5. Saya kembali harus bersabar dan menunggu lagi dilantai 2 ini, masih sama seperti pagi tidak ada antrian pasien yang berarti di poli ini.

Sekitar pukul 14.30 wib ibu dokter dan rombongan perawat datang, tak berlangsung lama saya pun kembali dipanggil oleh ibu perawat yang dari pagi mendampingi dr . Fransisca ini. Ketika masuk, si ibu perawat bilang ke dokternya "bu..si ibunya ternyata pulang dulu tadi waktu dipanggil" ibu dokter pun menjawab "Yeahhh,,"dg nada gimana gituh. Trus saya jawab, kan disuruh tunggu 2 jam bu, oh yaya..Kata dokternya (dalam hati aku masih dongkol dan kesel terutama sama ibu perawat,,ya Alloh amit-amit ampuni aku). Ibu dokter menyalin hasil labnya, dia bilang saya masih anemia hb rendah, harus banyak minum dan tidak boleh menahan pipis. 

saya pun diresepkan 6 macam obat dan vitamin termasuk obat yang dimasukkan didlm Va****dan saya diminta datang seminggu lagi untuk cek kondisi kep****** saya dan masih harus test gula lg dengan catatan harus puasa 10 jam. (Ya Alloh cobaan hidup apa lagi ini, seumur-umur baru pernah hihihi),

Setelah selesai saya diminta ke lantai 1 untuk mengambil obat, saya pun lagsung meluncur ke lantai 1 tepatnya di loket no antrian pertama kali datang.Ya Alloh rasanya lega sekali semuanya berakhir dan harus dag dig dug untuk 1 minggu lagi, saya masih galau apakah nanti mau datang lagi atau tidak mengingat pengecekannya seperti itu rasanya keluhan saya sudah langsung sembuh. Asli saya masih kebayang dengan pemeriksaan yang membuat ngilu.


Menurut saya dengan adanya BPJS Kesehatan :
  1. Masyarakat memang terbantu, termasuk saya juga. cuma memang jangan mengaharapkan bisa fleksible waktu dan tempatnya, bagi ibu bekerja harus berkorban waktu karna harus ijin/bolos kerja. Beruntung yang kantornya mempunyai sistem cuti yang bisa diambil kapan saja, tanpa takut ada potongan dari perusahaan. Jarang sekali pelayanan BPJS yang after office hours ataupun dihari libur, kemungkinan yang bersifat darurat saja.
  2. Pelayanannya juga relativ menurut saya, kemungkinan beda RS, beda orang, beda karakter dokter & tim medis yang menanganinya, beda juga pelayanannya. Butuh banyak kesabaran dalam menerima perlakuan yang tidak mengenakan, saya cukup merasa pasti akan berbeda pelayanannya jika saya tidak menggunakan bpjs .
  3. Rasanya Perlu adanya Sosialisasi, Koordinasi dan Edukasi antara faskes 1 ataupun pihak faskes lanjutan agar pasien tidak ditolak/mondar2ir. 
Bagaimanapun hidup adalah pilihan, memilih tempat berobat atau sekedar periksa juga pilihan. Jika punya dana lebih kita bisa memilih dimana,kapan, dan sama siapa saja bisa berobat/periksa. Akan tetapi jika dana kita pas-pasan/kurang pilihlah dari pilihan yang ada.

Begitulah cerita saya , bagaimana dengan anda....?

Tidak ada komentar: